Ini adalah perjalanan singkat kami berdua (
Dina dan Dian ) di kota Solo yang sangaaaaaat indaaah. Sebuah perjalanan yang
sengaja kami rencanakan sejak awal semester enam untuk bisa berkeliling
menjelajahi setiap sudut kota Solo. Tujuan pertama kami adalah Museum Radya
Pustaka karena kami setiap kali melintasi jalanan Slamet Riyadi disebelah utara
jalan selalu terlihat museum yang unik, lalu kami ingin sekali kesana sambil
berfoto-foto. Dan akhirnya pada hari Senin (09/06) berhubung jadwal kuliah
sudah selesai kami langsung menuju ke Museum Radya Pustaka dengan mengenderai
sepeda motor. Setibanya disana, sungguh kami terkejut karena suasana sepi dan
tidak ada terlihat aktivitas didalam Museum Radya Pustaka. Namun kami tidak
langsung pulang saja, kami melihat keadaan sekitar dan sempat mengabadikan
gambar kami. Enaknya kami sedang berfoto-foto, ada serombongan lain yang
berkunjung dan memberitahu kami bahwa setiap hari Senin Museum Radya Pustaka
tutup. Yaaaah..kami kecewaaa karena tidak bisa masuk . Tapi foto-foto kami
tetap senang menikmatinya
Perjalanan kami lanjutkan ke Kraton Kasunan
Surakarta, dengan cetarnya matahari yang sangat panaaas. Kami harus tetap
luangkan waktu ini karena lain waktu mungkin kami tidak bisa bermain bersama
seindah ini. Setibanya disana, kami langsung menuju loket pembayaran dengan
tiket masuk seharga Rp 10.000
Setelah itu kami berjalan memasuki pintu
Selatan, sesampainya disana kami menuju ke halaman utama dan bertemu dengan
petugas yang mengingatkan untuk melepas alas kaki selain sepatu. Kemudian kami
berjalan mengitari halaman Kraton, ternyata sungguh takjub dengan bangunan yang
tua tapi masih berdiri kokoh dan tampak terawat. Pandangan kami tertuju pada
bangunan yang tinggi sambil berbincang-bincang. Tiba-tiba ada salah satu
petugas Ponco (53 tahun) sebagai abdi dalem sejak tahun 90-an yang menceritakan
kami tentang sejarah Keraton yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744
sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger
Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah
pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi
istana Kerajaan
Mataram selesai dibangun,
nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu
penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749.
Setelah Perjanjian
Giyanti tahun 1755,
keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks
bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah
tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini.
Disela-sela bercerita, pak Ponco memaparkan bahwa sejatinya pekerjaan ini
adalah bentuk pengabdian dirinya kepada Kraton. Yang sungguh kami herankan lagi
dan membuat kami merinding adalah pak Ponco digaji sebesar Rp 6000. Waaw, kami
tak bisa membayangkan betapa tulusnya pak Ponco mengabdi kepada Kraton sejak
lama.
Kunjungan kami tak lama karena kami masih
akan melanjutkan ketujuan selanjutnya. Ditengah-tengah perjalanan kami merasa
lapar dan kami kebingungan hendak mengisi perut dimana. Karena kami
mengandalkan sosial media, kami browsing hehehe….:). Akhirnya kami menemukan
satu tempat yang tak jauh dari Kraton yaitu Mie gajah mas yang terletak didekat
Pasar Gede. Hmmmm sungguh cetar membahana rasanya enak sekali hanya dengan Rp
20.000-an kami bisa kenyang. Cobain deh dijamin endyyyuuuull dan tempatnya
strategis kok gays…
Setalah perut kami kenyang kami
berkeliling-keliling kota solo dan memutuskan untuk mencari masjid untuk
menjalankan sholat ashar, kami melihat masjid di daerah kalitan dan kami
berhenti. Setelah sholat, kami membeli minuman di sekitar masjid dan kami
bertanya-tanya tempat apakah di samping masjid tersebut. Sungguh kami tak
menyangka ternyata masih ada tempat bersejarah yaitu bernama dalem Kalitan. Tanpa
berpikir panjang, kami memutuskan untuk masuk. Kami mendatangi bagian informasi
yang ada di depan, disana kami menunjukkan identitas diri yang berupa KTP
kemudian kami di pandu oleh mas yono (40 tahun) untuk berkeliling melihat dalem
kalitan , sembari kami melihat- lihat mas yono menjelaskan setiap sudut sejarah
dalem kalitan ini. Tak lupa pula kami mengabadikan moment kami disini hehehhe
narsis yaah
yang sebelah kiri ayahanda ibi Tien Soeharto
(mertua Soeharto) ,
Pak Yono menambahkan lagi bahwa sebelum tahun
1965 bangunan itu milik raja kraton Surakarta Pakubuono X kemudian diberikan ke
putra bungsunya, kanjeng gusti ratu alit. Rumah ini dinamakan dalem kalitan
karena pemiliknya bernama ratu alit, setelah pak harto menjadi presiden dalem
kalitan dibeli oleh bu tin yang masih kerabat kraton dari mangkunegaran. Dalem
kalitan ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendopo, ruang tengah, dan sentong.
Pendopo digunakan untuk menemui tamu tamu pak harto dan bu tin. Didalam ruangan
tedpat foto foto pak harto bu tin, dan seluruh anggota keluarga didalam foto
foto pak harto banyak di cantumkan falsafah jawa.
(pintu utama dalem kalitan)
(foto keluarga pak harto dan bu tien bersama anak-anak dan
menantunya)
(salah
satu foto pak harto yang ada di ruang utama dalem kalitan)
(berfoto
bersama pengunjung lain di salah satu sudut ruang utama dalem kalitan)
Sampai disini cerita perjalanan kami,
sebenernya masih banyak bangeeeeeets tempat-tempat bersejarah lainnya untuk
kalian. Tapi sayangnya waktu kita sangat terbatas, perjalanan kami ini sangat
menyenangkan dan tidak akan terlupakan sepanjang hidup kami karena ini
merupakan kenangan yang berharga untuk kami selama di Solo. Lain waktu kami
akan menelusuri tempat lainnya yang lebih cetar membahana badai untuk kalian.
Semoga bermanfaat untuk kalian dan kami akan berkeliling lagi diseluruh pulau
jawa. Jangan lupa untuk kunjungi blog kami terus yaaah. Hehehe
