Jumat, 13 Juni 2014

Solo, Kota Kecil Indah dan Berbudaya



Ini adalah perjalanan singkat kami berdua ( Dina dan Dian ) di kota Solo yang sangaaaaaat indaaah. Sebuah perjalanan yang sengaja kami rencanakan sejak awal semester enam untuk bisa berkeliling menjelajahi setiap sudut kota Solo. Tujuan pertama kami adalah Museum Radya Pustaka karena kami setiap kali melintasi jalanan Slamet Riyadi disebelah utara jalan selalu terlihat museum yang unik, lalu kami ingin sekali kesana sambil berfoto-foto. Dan akhirnya pada hari Senin (09/06) berhubung jadwal kuliah sudah selesai kami langsung menuju ke Museum Radya Pustaka dengan mengenderai sepeda motor. Setibanya disana, sungguh kami terkejut karena suasana sepi dan tidak ada terlihat aktivitas didalam Museum Radya Pustaka. Namun kami tidak langsung pulang saja, kami melihat keadaan sekitar dan sempat mengabadikan gambar kami. Enaknya kami sedang berfoto-foto, ada serombongan lain yang berkunjung dan memberitahu kami bahwa setiap hari Senin Museum Radya Pustaka tutup. Yaaaah..kami kecewaaa karena tidak bisa masuk . Tapi foto-foto kami tetap senang menikmatinya

Perjalanan kami lanjutkan ke Kraton Kasunan Surakarta, dengan cetarnya matahari yang sangat panaaas. Kami harus tetap luangkan waktu ini karena lain waktu mungkin kami tidak bisa bermain bersama seindah ini. Setibanya disana, kami langsung menuju loket pembayaran dengan tiket masuk seharga Rp 10.000

Setelah itu kami berjalan memasuki pintu Selatan, sesampainya disana kami menuju ke halaman utama dan bertemu dengan petugas yang mengingatkan untuk melepas alas kaki selain sepatu. Kemudian kami berjalan mengitari halaman Kraton, ternyata sungguh takjub dengan bangunan yang tua tapi masih berdiri kokoh dan tampak terawat. Pandangan kami tertuju pada bangunan yang tinggi sambil berbincang-bincang. Tiba-tiba ada salah satu petugas Ponco (53 tahun) sebagai abdi dalem sejak tahun 90-an yang menceritakan kami tentang sejarah Keraton yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Disela-sela bercerita, pak Ponco memaparkan bahwa sejatinya pekerjaan ini adalah bentuk pengabdian dirinya kepada Kraton. Yang sungguh kami herankan lagi dan membuat kami merinding adalah pak Ponco digaji sebesar Rp 6000. Waaw, kami tak bisa membayangkan betapa tulusnya pak Ponco mengabdi kepada Kraton sejak lama.

Kunjungan kami tak lama karena kami masih akan melanjutkan ketujuan selanjutnya. Ditengah-tengah perjalanan kami merasa lapar dan kami kebingungan hendak mengisi perut dimana. Karena kami mengandalkan sosial media, kami browsing hehehe….:). Akhirnya kami menemukan satu tempat yang tak jauh dari Kraton yaitu Mie gajah mas yang terletak didekat Pasar Gede. Hmmmm sungguh cetar membahana rasanya enak sekali hanya dengan Rp 20.000-an kami bisa kenyang. Cobain deh dijamin endyyyuuuull dan tempatnya strategis kok gays…
Setalah perut kami kenyang kami berkeliling-keliling kota solo dan memutuskan untuk mencari masjid untuk menjalankan sholat ashar, kami melihat masjid di daerah kalitan dan kami berhenti. Setelah sholat, kami membeli minuman di sekitar masjid dan kami bertanya-tanya tempat apakah di samping masjid tersebut. Sungguh kami tak menyangka ternyata masih ada tempat bersejarah yaitu bernama dalem Kalitan. Tanpa berpikir panjang, kami memutuskan untuk masuk. Kami mendatangi bagian informasi yang ada di depan, disana kami menunjukkan identitas diri yang berupa KTP kemudian kami di pandu oleh mas yono (40 tahun) untuk berkeliling melihat dalem kalitan , sembari kami melihat- lihat mas yono menjelaskan setiap sudut sejarah dalem kalitan ini. Tak lupa pula kami mengabadikan moment kami disini hehehhe narsis yaah

yang sebelah kiri ayahanda ibi Tien Soeharto (mertua Soeharto) ,
Pak Yono menambahkan lagi bahwa sebelum tahun 1965 bangunan itu milik raja kraton Surakarta Pakubuono X kemudian diberikan ke putra bungsunya, kanjeng gusti ratu alit. Rumah ini dinamakan dalem kalitan karena pemiliknya bernama ratu alit, setelah pak harto menjadi presiden dalem kalitan dibeli oleh bu tin yang masih kerabat kraton dari mangkunegaran. Dalem kalitan ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendopo, ruang tengah, dan sentong. Pendopo digunakan untuk menemui tamu tamu pak harto dan bu tin. Didalam ruangan tedpat foto foto pak harto bu tin, dan seluruh anggota keluarga didalam foto foto pak harto banyak di cantumkan falsafah jawa.

(pintu utama dalem kalitan)

(foto keluarga pak harto dan bu tien bersama anak-anak dan menantunya)


(salah satu foto pak harto yang ada di ruang utama dalem kalitan)

(berfoto bersama pengunjung lain di salah satu sudut ruang utama dalem kalitan)
Sampai disini cerita perjalanan kami, sebenernya masih banyak bangeeeeeets tempat-tempat bersejarah lainnya untuk kalian. Tapi sayangnya waktu kita sangat terbatas, perjalanan kami ini sangat menyenangkan dan tidak akan terlupakan sepanjang hidup kami karena ini merupakan kenangan yang berharga untuk kami selama di Solo. Lain waktu kami akan menelusuri tempat lainnya yang lebih cetar membahana badai untuk kalian. Semoga bermanfaat untuk kalian dan kami akan berkeliling lagi diseluruh pulau jawa. Jangan lupa untuk kunjungi blog kami terus yaaah. Hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar